TERMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA KEBLOG SAYA TOLONG SARANYA ATAS BOLG INI

Sabtu, 17 November 2012

MENGUKURAN KREATIVITAS BERFIKIR


       Guilford merupakan salah seorang ahli yang berusaha mengembangkan instrumen yang diperlukan untuk mengukur kreativitas berpikir. Temuan baru Guilford merupakan kemajuan penting dalam psikologi dan pendidikan di mana kreativitas berpikir dapat diukur dan memungkinkan dihubungkan dengan gejala-gejala kejiwaan lainnya. Terdapat dua hal yang dapat disimpulkan dari instumen kreativitas berpikir yang dikembangkan oleh Guilford. 
  1. Peserta didorong untuk memberikan penampilan maksimum dalam menjawab butir-butir instrumen. Oleh karenanya, instrumen yang dipakai untuk mengukur kreativitas berpikir merupakan instrumen jenis tes yang dikenal dengan tes kreativitas berpikir. 
  2. Peserta tes tidak memberikan respons atas alternatif yang sudah disediakan, tapi harus memproduksi sendiri jawaban atas persoalan yang diajukan. Oleh karenanya, Guilford menyebut kreativitas berpikir dengan kemampuan memproduksi secara divergen (divergent production abilities).
     Tes kreativitas berpikir mengacu kepada model struktur intelektual Guilford. Dari segi operasi, tes kreativitas berpikir mengukur kemampuan berpikir divergen. Dari segi konten, proses berpikir divergen mengolah bahan berupa figural dan simbol. Sedang dari segi produk, proses berpikir divergen yang mengolah bahan berupa figural dan simbol akan menghasilkan produk berupa unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi. Adapun butir-butir tes kreativitas berpikir itu adalah sebagai berikut :
  • Dari bangun berikut buatlah sebanyak mungkin gambar nyata ! (waktu Anda 1 menit). 
  • Buatlah sebanyak mungkin kata dengan huruf awal L dan huruf akhir N! (waktu Anda 1 menit). 
  • Buatlah sebanyak mungkin gambar dengan mengkombinasikan bangun berikut! (waktu Anda 1 menit) 
  • Terdapat beberapa benda sebagai berikut :
a. Anak panah
b. Lebah
c. Buaya
d. Ikan
e. Layang-layang
f. Perahu
Dengan menuliskan huruf depannya saja, tentukan :
            a. Yang dijumpai di udara
            b. Yang dijumpai di air
           c. Binatang
           d. Punya ekor
         
(waktu Anda 1 menit) 
·        Terdapat lima angka yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5. Kombinasikan beberapa angka yang kalau dijumlahkan hasilnya 7 sebanyak mungkin (waktu Anda 1 menit). 
·        Terdapat empat bangun sebagai berikut : Kombinasikan dengan berbagai cara untuk membentuk objek sebanyak mungkin dan namailah objek itu (waktu Anda 1 menit). Misalnya: Wajah 
·        Buatlah kalimat dengan petunjuk huruf berikut sebanyak mungkin (waktu Anda 1 menit). M ------ E ------ P  Misalnya : Mengapa engkau pergi.  Dari gambar berikut, buanglah tiga garis sehingga membuang dua kotak. 
Misalnya:






  • Buatlah sebuah kotak dan hiasilah sehingga menjadi lebih bagus. 
  • Ada dua persamaan : B – C = D dan Z = A + D. Kembangkan sebanyak mungkin persamaan baru berdasarkan kedua persamaan tersebut! Misalnya : B – C = Z - A
Perhitungan skor kreativitas berpikir
Dalam perhitungan skor, jawaban peserta tes atas butir-butir pertanyaan kreativitas berpikir diubah ke dalam skor kreativitas berpikir dengan cara tertentu. Pengukuran kreativitas berpikir dilakukan dengan meminta peserta tes membuat jawaban sebanyak mungkin atas butir-butir tugas dalam waktu yang ditentukan. Untuk dapat diubah menjadi skor, jawaban diinterpretasikan dalam kelancaran, keluwesan dan keaslian. Menurut Ellis dan Hunt (1993 : 280), Woolfolk dan Nicolich (1984 : 144), Good dan Brophy (1990 : 617), Winkel (1996 : 143) dan Rakhmat (1999 : 75), respons peserta tes akan diinterpretasikan berdasarkan tingkat kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility) dan keaslian (originality) proses berpikir. Skor kreativitas berpikir adalah skor gabungan dari ketiga unsur.
Kelancaran menjawab berhubungan dengan kemampuan menghasilkan banyak gagasan alternatif pemecahan masalah dalam waktu yang singkat.Unsur ini mengukur kemampuan menguraikan banyak alternatif pemecahan masalah. Oleh karenanya kemampuan ini berhubungan dengan arus ide. Menurut Good dan Brophy (1999 : 75), kelancaran adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah dalam waktu singkat. Hal yang sama dinyatakan oleh Rakhmat (1999 : 75), kelancaran adalah kemampuan menyebutkan sebanyak mungkin.
Kelancaran tidak hanya berhubungan dengan jumlah jawaban, tapi juga kesesuaian jawaban dengan masalahnya. Tes kreativitas berpikir mendorong peserta tes menyebutkan sebanyak mungkin jawaban dalam waktu tertentu dan skor diberikan dengan menghitung jumlah semua respons yang sesuai dengan masalahnya. Menurut Ellis dan Hunt (1993 : 280), kelancaran adalah kemampuan menguraikan banyak alternatif pemecahan masalah sesuai dengan perangkat yang dipersyaratkan. Sedang menurut Munandar (1992 : 49), kelancaran adalah kemampuan memberikan banyak jawaban. Jawaban yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan masalahnya. Bukan hanya kuantitatas yang diperhatikan, tapi juga kualitasnya.
Keluwesan adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesiapan mengubah arah atau memodifikasi informasi. Keluwesan berhubungan dengan kemampuan mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan jika masalah atau kondisi baru membutuhkan pendekatan baru. Menurut Good dan Brophy (1990 : 617), keluwesan dapat mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan, jika masalah atau kondisi baru membutuhkan pendekatan atau perspektif baru. Pendapat sama dikemukakan oleh Ellis dan Hunt (1993 : 280) yang menyatakan bahwa keluwesan adalah kemampuan mengubah pendekatan dalam pemecahan masalah. Di samping itu, keluwesan memungkinkan seseorang melihat suatu masalah dari berbagai sudut tinjauan. Menurut Munandar (1992 : 49), keluwesan adalah kemampuan melihat masalah dari berbagai sudut tinjauan.
Dalam tes kreativitas berpikir, keluwesan ditandai oleh jumlah golongan jawaban yang berbeda. Kadar keluwesan diukur dengan menghitung jumlah kategori respons yang berbeda. Peserta tes diminta memberikan respons sebanyak mungkin, lalu skor keluwesan diberikan pada jumlah kategori atau golongan respons. Skor diberikan atas jawaban yang menunjukkan keragaman atau variasi. Menurut Woolfolk dan Nicolich (1984 : 144), keluwesan diukur dengan menghitung jumlah kategori respons yang berbeda.
Keaslian membuat seseorang mampu mengajukan usulan yang tidak biasa atau unik dan mampu melakukan pemecahan masalah yang baru atau khusus. Dengan kata lain, keaslian adalah kemampuan untuk menghasilkan jawaban yang jarang diberikan oleh peserta tes. Jawaban original adalah jawaban yang jarang diberikan oleh anak-anak lain. Keaslian mengukur kemampuan peserta tes dalam membuat usulan yang tidak biasa atau unik. Menurut Winkel (1996 : 143), jawaban mempunyai orisinalitas apabila sangat sedikit orang yang menghasilkan pikiran seperti itu. Woolfolk dan Nicolich (1984 : 144) memberikan kriteria mengenai keaslian. Respons yang orisinal menurutnya diberikan oleh lebih sedikit dari 5 atau 10 dari 100 peserta pengambil tes. Ada pendapat yang memberikan kriteria lebih spesifik. Menurutnya, respons yang diberikan oleh 5 % dari kelompok bersifat tidak biasa, dan respons yang hanya diberikan oleh 1 % dari kelompok bersifat unik

CARA MENGUKUR KREATIFITAS SISWA



Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur secara langsung dan tidak langsung, dan dapat menggunakan metode tes dan non- tes. Ada pula alat untuk mengukur cirri-ciri kepribadian kreatif, dan dapat dilakukan pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif.
Sesuai dengan definisi USOE (U. S Office of Education) yang membedakan enam jenis bakat dikembangkan alat identifikasi untuk masing-masing bidang tertentu.
Untuk mengukur kemampuan intelektual umum, tes individual lebih cermat, tetapi lebih banyak memakan waktu dan biaya. Yang sudah dugunakan di Indonesia adalah tes Stanford-Binet dan Wechsler intelligence Scale for Children. Tes inteligensi kelompok lebih efisien dalam ukuran waktu dan biaya. Keterbatasannya adalah kita tidak tahu apakah prestasi anak sudah optimal. Di Indonesiayang sudah banyak digunakan adalah tes Progressive Matrices, Culture-Fair Intelligence Test dan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia yang khusus dikontruksi untuk Indonesia.
Tes Potensi Akademik (TPA) yang khusus dirancang untuk Indosnesia, dapat digunakan untuk mengukur bakat akademik, misalnya sejah mana seseorang mampu mengikuti pendidikan tersier.
Tes untuk mengukur bakat kepemimpinan belum banyak digunakan di Indonesia, demikian pula tes untuk mengukur bakat dalam salah satu bidang seni atau bakat psikomotorik. Tes luar negeriyang mengukut kreativitas adalah tes dari Guilford yang mengukur kemampuan berpikir divergen, dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisionalitas dan kerncian dalam berpikir.
Tes Torrance untuk mengukur berpikir kreatif (Torrance Test of Creative Thinking) dapat digunakan mulai usia prasekolah sampai tamat sekolah menengah, mempunyai bentuk verbal dan figural. Tes ini telah digunakan di Indonesia untuk tujuan peneltian. Tes lainnya untuk mengukur berpikir kreatif dan termasuk baru ialah Tes Berpikir Kreatif-Produksi Menggambar (TRest forCreative Thinking-Drawing Production) dari Jellen dan Urban (1985). Penilaiannya mencakup sembilan dimensi.
Tes yang khusus di konstruksi di Indonesia ialah Tes Kreativitas Verbal (Utami Munandar,1977). Tes ini disusun berdasarkan model Struktur Intelekdari Guilford, dengan dimensi operasi berpikir divergen, dimensi konten, dimensi berpikir verbal, dan berbeda dalam dimensi produk. Untuk setiap kategori produk ada satu sub-tes. Ada enam sub-tes, yaitu permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifatyang sama, macam-macam penggunaan, dan apa akibatnya. Setiap sub-tes terdiri dari empat butir. Pada bentuk parallel (ada dua bentuk) hanya dua butir. Tes ini seperti tes Guilford mengukur kelancara, kelenturan, orisionalitas, dan elaborasi dalam berpikir. Tahun 1986 telah dilakukan penelitian pembakuan TKVyang menghasilkan nilai baku untuk umur 10 – 18 tahun, dan pengukuran “Creative Questient”.
Tes Kreativitas Figural diadaptasi dari Torrance “Circles Test”, dan dibukukan untuk umur 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. TKF kecuali mengukur aspek kreativitas tersebut di muka, juga mengukur kreativitas sebagai kemampuan untuk kombinasi antara unsure-unsuryang diberikan.
Skala Sikap Kreatif yang juga khusus disusn di Indonesia mengukur dimensi efektif dari kreativitas, yaitu sikap kreatif, yang dioperalisasi dalam tujuh dimensi. Skala ini disusun untuk anak SD dan SMP. Skala Penilaian Anak Berbakat oleh Guru disusun oleh Renzulli dan terdiridari empat sub-skala, yaitu untuk mengukur fungsi kognitif (belajar), motivasi, kreativitas dan kepemimpinan. Sub-skala untuk kreativitas meliputi 10 butir untuk dinilai guru. Akibat kesuliatan dalam menggunakan alatdari Renzulli, maka disusun Alat Sederhana untuk Identifikasi Kreativitas, dengan format untuk Sekolah Dasar dan format untuk Sekolah Menengah. Disnilah dimensi kreativitas digabungka dengan dimensi laindari keberbakatan.  Skala Nominasi Keberbakatan yang dapat digunakan oleh guru, teman sebaya, dan diri sendiri dikembangkan oleh Lydia Freyani Akbar untuk siswa SD. Ketiga skala tersebut ternyata mempunyai hubungan yang bermakan dengan pengubah keberbakatan.
Sama dengan inteligensi, pengukuran kreativitas bisa diobyektifkan. Yaitu dengan memberikan suatu hal (misalnya: pinsil) untuk merangsang pemikiran manfaat dari benda tsb. (misalnya: untuk menulis, menggambar, mengorek, menggaris, melempar, batas halaman buku, mencungkil, dsb.). Makin banyak alternatif yang bisa dikembangkan, makin tinggi skornya, yang juga berarti makin kreatif. Skor kreativitas itu dinamakan CQ (creative quotient), yang diperoleh juga dengan cara membandingkan prestasi seseorang dengan kelompok sebayanya.
Pencarian pengukuran proses kreatif,pemikiran primer didapat menggunakan deretan pemikiran divergent.Pada satu waktu,antara peneliti dan pembelajar menggunakan tes proses kreatif untuk beberapa decade,dan tes pemikiran divergent menjadi popular mengukur dari proses dan potensial kreatif.
Tes pemikiran divergent meminta individu untuk menghasilkan beberapa respon tepat khusus, perbedaannya jelas menstandarisasi tes prestasi atau kemampuan membutuhkan satu jawaban yang benar.Diantara tes pemikiran divergent pertama yang dikeluarkan oleh Guilford(1967) structure of the intellect(SOI)divergent production test,Torrance’s (1962,1974) test of creative thinking (TTCT). Hampir semua dari tes-tes ini digunakan secara luas dalam penelitian dan pelajaran kreatifitas.
The SOI test,terdiri dari beberapa tes yang subjeknya diminta menunjukkan fakta-fakta beberapa hasil area yang berbeda.Tes SOI ini mempresentasikan beberapa aspek dari (1)ketepatan,(2)kelenturan, (3)keaslian,(4)Inovasi ide terdahulu.
Getzels dan Jackson (1962) and Wallach dan kogan (1965) mengembangkan deretan pemikiran divergent yang hampir sama dengan SOI tes.Sebagai contoh,The Instances Test meminta student list as many things that move on wheels,(Wallach dan Kogan, 1965) di variasi dari penggunan tes,student memberikan respon yang tepat “ceritakan pada saya cara berbeda penggunaan kursi”.Tes lainnya dari deretan tes kreatif memasukkan asosiasi kata,melekatkan angka atau bilangan,penyelesaian cerita, problem bangunan tugas-tugas dan interpretasi susunan gambar dan warna,dan interpretasi bermacam masalah . (Sternberg J.Robert, (1999),Handbook of Creativity, Cambridge University Press,United State of America)

Kamis, 15 November 2012

METODE PENGAJARAN GURU YANG EFEKTIF



Metode mengajar sangat penting, bahkan lebih penting bagi pelajaran itu sendiri. Bagaimana tidak, metode mengajar menentukan sampai dimana siswa memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan oleh guru. Bagaimanapun hebatnya seorang guru, dan bagaimanapun pentingnya pelajaran yang akan diberikan kepada siswa, akan sia-sia jika siswa tidak mampu memahami pelajaran yang diberikan.
Guru yang efektif adalah mereka yang selalu memperdalam keahliannya dalam bidang pengajaran agar pengajaran yang dilakukannya bermamfaat untuk anak didiknya. Keefektifan mengajar seorang guru dapat dilihat dari dua aspek, yaitu banyaknya tujuan pembelajaran yang berhasil dicapai oleh siswa dan pola pembelajaran yang berhubungan dengan dengannya seperti efektivitas waktu, tenaga dan usaha yang dicurahkan oleh guru. Keefektifan pengajaran juga dapat dilihat dari perkembangan sosialisasi dan kemandirian siswa.
Semakin banyak yang dicapai oleh siswa, semakin efektif metode pengajaran yang diberikan oleh guru yang bersangkutan. Jadi keberhasilan sebuah metode yang diterapkan oleh guru, diukur dari pencapaian siswa yang dihadapinya.
Menurut Oliva dkk (1980) keefektifan pengajaran guru dalam mengajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Guru mempunyai konsep konsep kemandirian yang tinggi dalam mengajar
  2. Mempunyai pendidikan yang baik
  3. Mempunyai pengetahuan dan minat dalam bidang yang diajar
  4. Memiliki prinsip dasar dalam proses pembelajaran
  5. Mementingkan keberhasilan siswa
  6. Bersikap adil pada semua siswa
  7. Menjelaskan suatu hal dengan terperinci dengan jelas
  8. Berpikiran terbuka
  9. Mampu membuat siswa senang dalam mengikuti sesi pembelajaran
  10. Menggunakan teknik dan metode pembelajaran yang efektif
  11. Dapat menjaga jalannya proses pembelajaran dalam kelas.
Berdasarkan ciri-ciri ini, jelaslah bahwa metode pengajaran yang efektif adalah hal yang penting dalam menjadikan guru seorang yang efisien dan efektif. Walaupun begitu, keefektifan pengajaran juga bergantung pada respons siswa terhadap arahan guru, juga kondisi lingkungan pembelajaran, sarana dan prasarana belajar dan hal yang menunjang pembelajaran lainnya, sangat menentukan efektivitas pengajaran.
sumber http://www.psychologymania.com

Tahapan Perkembangan Bermain | PSYCHOLOGYMANIA

Tahapan Perkembangan Bermain | PSYCHOLOGYMANIA

Selasa, 18 September 2012

ANALISIS KURIKULUM

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Dr. Oemar Hamalik
BAB 1 PROSES PENDIDIKAN
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menyiapkan kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Tujuan pendidikan adalah suatu komponen hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan. Tingkat tujuan pendidikan : Tujuan Pendidikan Nasional Tujuan Institusional Tujuan Kurikulum Tujuan Pembelajaran
REFLEKSI
 Pendidikan merupakan suatu proses mempengaruhi peserta didik supaya mereka mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Dengan adanya bimbingan, pengajaran, latihan itu diharapkan mampu mengarahkan proses pendidikan itu sesuai dengan tujuan sebagaimana mestinya. Untuk itu, kompunen pendukungnya harus diperhatikan. Siswa sebagai komponen masukan harus diproses dengan baik sehingga menjadi manusia yang berkualitas. Guru sebagai pendidik harus mempunyai kemampuan profesional dan menjalankan peranannya dengan baik. Dan ditunjang pula dengan konsep pembelajaran dan pengajaran yang baik pula.
BAB 2 DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM
 Landasan Pengembangan Kurikulum Filsafat dan Tujuan Pendidikan Lingkungan Kebutuhan Pembangunan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komponen-komponen Kurikulum Tujuan Kurikulum, bersumber pada tujuan Pendidikan Nasional Materi, berupa bahan kajian dan pelajaran Metode atau cara yang digunakan untuk menyampaikan materi Organisasi Kurikulum Evaluasi Kurikulum Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Berorientasi pada tujuan Relevansi dengan Kebutuhan Efisiensi dan Efektivitas dalam pelaksanaan Fleksibilitas Berkesinambungan Keterpaduan Bermutu
REFLEKSI
 Kurikulum sebagai satu kesatuan sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lain itu dapat mendorong tercapainya tujuan pendidikan. Komponen tersebut harus disusun terlebih dahulu supaya mendapatkan tujuan yang maksimal. Misalnya materi harus sesuai dengan bahan ajaran, metode yang digunakan harus relevan dengan kebutuhan serta adanya evaluasi untuk mengukur mutu pendidikan .
BAB 3 HAKIKAT BELAJAR
 Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing) Ciri- ciri Belajar Belajar berbeda dengan kematangan Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap Unsur-unsur dinamis dalam proses belajar Motivasi siswa, dorongan yang menyebabkan terjadi suatu perubahan tertentu Bahan belajar Alat bantu belajar, akan membantu siswa melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efisien dan efektif Suasana belajar, keadaan lingkungan fisik dan psikologis yang menunjang belajar Kondisi subjek belajar, keadaan jasmani dan mental untuk melakukan kegiatan belajar
REFLEKSI
Pada intinya belajar itu adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Jadi, tugas seorang pendidik sangat penting dalam proses belajar ini, supaya peserta didik bisa mempunyai kemampuan yang baik untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Dan perubahan yang diharapkan menuju perubahan yang lebih baik dan menyeluruh. Untuk itu, seorang pendidik hendaknya memahami beagaimana proses belajar siswa, sehingga pendidik bisa memberikan bembingan dan menciptakan lingkungan yang tepat bagi siswa
BAB 4 HAKIKAT PEMBELAJARAN
 Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur-unsur manusia material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi satu sama lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri Pembelajaran Memiliki rencana yang khusus Kesalingtergantungan (interdependence) antara unsur-unsurnya Tujuan yang hendak dicapai Unsur-unsur Pembelajaran Unsur minimal sistem pembelajaran meliputi siswa, tujuan dan prosedur Unsur dinamis pembelajaran meliputi motivasi membelajarkan siswa dan kondisi guru siap membelajarkan siswa Unsur pembelajaran konkruen meliputi belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, subjek yang belajar
REFLEKSI
Pembelajaran itu sebagai suatu proses untuk menyiapkan peserta didik supaya bisa hidup baik di lingkungan masyarakat. Pembelajaran pun membantu siswa untuk menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari, bagaimana cara menyelesaikan masalah, serta bagaimana bersosialisasi dengan masyarakatnya. Sebagai seorang pendidik, guru mempunyai peranan sebgai penghubung antara sekolah dengan masyarakat. Untuk itu, sekolah senantiasa mengemas pembelajaran itu de ngan baik
BAB 5 TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Pentingnya tujuan belajar dan pembelajaran Untuk menilai hasil penbelajaran Untuk membimbing siswa belajar Untuk merancang sistem pembelajaran Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lainnya dalam meningkatkan proses pembelajaran Taksonomi Tujuan Pendidikan meliputi : Matra kognitif yang meliputi aspek-aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi Matra afektif yang meliputi aspek-aspek penerimaan, sambutan, menilai organisasi, dan karakterisasi Matra psikomotorik yang meliputi aspek-aspek persepsi, kesipan, respon terbimbing, mekanisme, respon yang unik
REFLEKSI
Tujuan merupakan hal penting dalam sebuah perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Begitu halnya dengan kegiatan belajar dan pembelajaran menetapkan tujuan adalah hal yang sangat diperlukan. Karena tujuan belajar dan pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai sebuah penduan yang memberikan petunjuk bagi penentuan pembelajaran seperti penentuan materi, prosedur pembelajaran, maupun dalam pengukuran prestasi belajar siswa. Pendidik hendaknya memahami akan tujuan belajar dan pembelajaran BAB 6 DASAR PEMBELAJARAN
 1). Asas-asas Belajar Tujuan belajar yang disadari siswa Motivasi belajar yang bersumber dari kebutuhan, dorongan, dan kesadaran siswa Informasi balikan terhadap hasil belajar siswa Transper belajar ke dalam situasi senyatanya 2). Perbedaan Individual Kecerdasan Bakat (aptitude) Keadaan jasmani Penyesuaian sosial dan emosional Keadaan keluarga Prestasi belajar 3). Pengulangan dan latihan adalah suatu tindakan pengulangan yang bertujuan untuk lebih memantapkan hasil belajar 4). Lingkungan
REFLEKSI
Dengan adanya latihan akan lebih memberikan pengalaman pendidikan, memantapkan aspek tingkah laku, dan juga mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik. Tidak hanya itu, lingkungan sebagai dasar pembelajaran memberikan manfaat yakni menanamkan pengertian yang realistik tentang proses sosial dan juga bisa memberikan manfaat bagi peserta didik untuk persiapan hidup di masyarakat

BAB 7 MOTIVASI BELAJAR
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Pentingnya Motivasi : Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan Motivasi berfungsi sebagai pengarah Motivasi berfungsi sebagai penggerak Upaya meningkatkan motivasi : Pemberian harapan Pemberian insentif Pengaturan tingkah laku siswa

REFLEKSI Motivasi sangat diperlukan dalam proses pendidikan . Karena motivasi bisa mendorong timbulnya tingkah laku, maka tanpa adanya motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar. Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Maka tugas pendidik untuk membangkitkan motivasi.

BAB 8 PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN Pendekatan sistem pembelajaran sesuai dengan psikologi belajar sistematik, yang meliputi aspek filosofis dan proses. Model Pembelajaran Model Interaksi Sosial, prioritas terhadap kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Model Proses Informasi, berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan sistem yang memperbaiki kemampuan tersebut. Model Prsonal, berorientasi pada individu dan pengembangan diri Model Modifikasi Tingkah Laku Strategi Pembelajaran Pembelajaran Penerimaan (reception learning) Pembelajaran Penemuan (discovery learning) Pembelanjaan Penguasaan (mastery learning) Pembelajaran Terpadu (unit learning )

REFLEKSI
Konsep pembelajaran senantiasa berkembangan seiring dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Akan tetapi harus sesuai juga dengan perkembangan dalam psikologi siswa serta kenyataan dalam masyarakat sendiri. Pendekatan pembelajaran juga melahirkan adanya model dan strategi pembelajaran yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh pendidik.

BAB 9 PENDEKATAN CBSA DALAM PEMBELAJARAN
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Kebaikan dan Kelemahan Kebaikan : Prakarsa siswa mengemukakan urung pendapat Keterlibatan mental dalam kegiatan belajar Peran guru sebagai fasilitator Belajar dengan pengalaman langsung Variasi bentuk dan alat kegiatan belajar mengajar Kelemahan ; Tidak menjamin dalam melaksanakan keputusan Penggunaan metode kurang variasi Kemampuan guru melaksanakan CBSA masih kurang
REFLEKSI
Dengan CBSA, dituntut siswa untuk mengapresiasikan seluruh kemampuannya dengan penyediaan lingkungan belajar. CBSA bisa berhasil dengan upaya guru untuk melaksanakan peranannya secara aktif dan kreatif dengan membantu, mendorong, dan mempengaruhi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan belajar yang efektif .
BAB 10 EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Evaluasi (penilaian) merupakan upaya untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Syarat-syarat Ealuasi : Validitas Mempunyai realibilitas Objektivitas Efisiensi Kegunaan atau kepastian
REFLEKSI
Penilaian hasil belajar dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk mengetahui mutu pendidikan. Untuk itu, evaluasi harus dilakukan dengan prosedur yang baik, sehingga hasil dari pendidikan dapat dicermati dengan baik.

Rabu, 25 Juli 2012

PENGERIAN KARAKTER DAN KREATIVITAS


Apa yang menjadi ukuran bagi orang yang kreatif ?. Apakah seseorang lebih kreatif daripada orang lain ? Menurut Amabile dalam Supriyadi (1994: 12) “ Penentuan kriteria kreativitas menyangkut tiga dimensi yaitu dimensi proses, person, dan produk kreatif. Dimensi pertama dengan menggunakan proses kreatif sebagai kriteria kreativitas, segala produk yang dihasilkan oleh proses itu dianggap sebagai produk kreatif, sedangkan orangnya disebut orang yang kreatif. Dimensi yang kedua ,yaitu dimensi person sebagai criteria kreaitvitas disebut kepribadian yang kreatif yang meliputi dimensi kognitif (yaitu bakat), dan dimensi non kognitif (yaitu minat, sikap dan kualitas temperamental). Dimensi ketiga yaitu produk kreatif, yang menunjuk pada hasil perbuatan kinerja, atau karya seseorang dalam bentuk barang atau gagasan.
Kepribadian yang mencerminkan kreatif mempunyai beberapa ciri, seperti yang dijelaskan oleh Munandar dan Semiawan (1990: 10) yaitu sebagai berikut :
a.         Melontarkan ide/ gagasan
b.        Mempunyai inisiatif
c.         Melakukan kerjasama dalam kelompok
d.        Bebas dalam berpikir
e.         Bersifat ingin tahu
f.         Selalu ingin mendapat pengalaman-pengalaman baru
g.        Percaya diri
h.        Penuh semangat
i.          Berani mengambil resiko
   j.      Berani berpendapat walaupun mendapat kritik dan berani mempertahankan pendapat yang manjadi keyakinannya.

Dari hasil analisis faktor, Guilford menemukan lima karakteristik yang menandai kemampuan berpikir kreatif, kelima karakter tersebut adalah :
1.    Fluency (kelancaran) yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan;
2. Flexibility, yaitu kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam  pemecahan atau pendekatan terhadap masalah;
3.    Originally (keaslian), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli, tidak klise;
4.  Elaboration (pemerincian), yaitu kemampuan untuk melakukan hal-hal secara rinci atau mendetail;
5.    Redefinition, yaitu kemampuan untuk berlainan dengan apa yang sudah lazim.
                           
       Orang yang kreatif adalah individu yang menggunakan daya imajinasinya untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan, pendapat Sund yang dikutip oleh Slameto (1980: 40) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.        Hasrat keingintahuan yang cukup besar;
2.        Keingintahuan menemukan dan meneliti;
3.        Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit;
4.        Cenderung mencari jawaban yang luas;
5.        Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas;
6.        Berpikir fleksibel;
7.        Menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan;
8.        Jawaban lebih banyak;
9.        Memiliki semangat bertanya.

PENGETIAN KONSEP KREATIVITAS


Upaya meningkatkan kreativitas siswa berarti adanya usaha guru dalam menumbuhkembangkan  kemampuan daya pikir dan imajinasi siswa dalam hal membuat sesuatu yang baru sebagai pengembangan sesuau yang telah ada. Siswa yang kreatif tidak akan puas dengan hasil yang diperolehnya, akan tetapi ia akan terus mencoba menemukan hal-hal untuk kepuasan dirinya.
Kreativitas dapat muncul dalam semua bidang kegiatan kemanusiaan, tidak terbatas pula pada tingkat usia, jenis kelamin, suku bangsa ataupun kebudayaan tertentu. Untuk mengartikan kreativitas, kita dapat membedakannya kreativitas sebagai produk dan kreativitas sebagai proses. Kreativitas sebagai produk adalah dari hasil pemikiran atau perilaku manusia. Menurut istilah Supriyadi (1994: 8), “Kreativitas ini disebut kreativitas konseptual, yang menekankan pada segi produk kreatif yang nilai derajat oleh pengamat yang ahli.” Sedangkan kreativitas sebagai proses adalah sebagai proses pemikiran berbagai gagasan dalam menghadapi suatu persolaan atau masalah yang dialami siswa yang merupakan suatu kesenangan dan penuh tantangan. Meskipun tetap menekankan pada segi produk, kreativitas konseptual didasari oleh kriteria tertentu. Amabile dalam supriyadi (1994: 9) melukiskan bahwa :
“suatu produk dinilai mkreatif apabila (a) produk tersebut bersifat baru, unik, berguna, benar atau bernilai jika dilihat dari segi kebutuhan; (b) lebih bersifat heuristic, yaitu menampilkan metode yang masih belum pernah atau jarang dilakukan oleh orang lain sebelumnya.”
Supriyadi, (1994: 7) menjelaskan bahwa “kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.” Bagaimana keativitas didefinisikan bergantung kepada bagaimana kreativitas diteorikan. Karena ada usaha untuk mengelompokkan teori-teori kreativitas. Gowan dalam Supriyadi (1994: 8) mengelompokkan teori-teori kreativitas ke dalam tiga kategori yaitu :
“(1) Kognitif rasional dan sistematik(2) fakotr-faktor kepribadian dan lingkungan; (3) kesehatan mental dan penyesuaian diri; (4) psikonalitik danneo-psikonalitik; dan (5) psikodelik yang menekankan aspek eksistensial dan non- rasioanal manusia.”
Dalam kegiatan belajar mengajar kedudukan kreativitas sangat penting seperti yang dijelaskan oleh Slameto, (1995: 138) bahwa “kaitannya dengan proses pembelajaran kreativitas berarti hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga untuk menjadikan kreatif dapat dipalajari melalui proses belajar mengajar.” Untuk mencapai hasil belajar siswa perlu mengembangkan kreativitasnya, tetapi untuk mendapatkan hasil belajar dengan proses pengemabangan kreativitas siswa harus berusaha dengan jalan kegiatan belajar.
Meskipun berlainan rumusnya, semua pendapat di atas mengetengahkan tiga unsur yang penting yaitu :
1.         Kreativitas merupakan suatu proses perubahan;
2.         Perubahan terjadi terutama pada perorangan dari sebuah kelompok;
       3.        Perubahan menyangkut suatu segi yang sama sekali baru bagi yang bersangkutan.
Kreativitas harus mengubah konsep lama bahwa pendidikan adalah suatu sistem, dimana faktor-faktor yang terdahulu dikumpulkan dan disistematisasikan. Kreativitas juga harus dapat mengembangkan pendidikan ke arah yang dinamis yang mampu mengukuhkan kreativitas sebagai tujuan akhir. Disisi lain Sutadipura (1985: 103) menjelaskan bahwa:
“Kreativitas yang bagaimana yang harus dikembangkan, tidak lebih dari pengembangan daya yang mula-mula timbul merangsang anak kearah penyajian kembali, re- thinking dan  re-discovery, yang lambat laun menjurus ke arah penemuan yang baru dan manimbulkan problem baru.”
Conny Semiawan (1984: 9) mengemukakan bahwa “kreativitas merupakan proses berpikir dimana siswa berusaha untuk menemukan hubungan-hubungan baru, mendapatkan jawaban, metode atau cara baru dalam memecahkan masalah.”
Proses pembelajaran merupakan suatu sistem, dimana setiap komponen pembelajaran saling berkaitan atau tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan. Adapun komponen itu berupa tujuan, mata pelajaran, siswa, guru, metode, dan teknik mengajar media atau alat peraga dan unsur penunjang lainnya. Untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, sangat dituntut upaya dari guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Jika guru tidak berusaha dengan baik, maka apa yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran tidak akan tercapai.
Siswa merupakan individu yang mempunyai sikap dan tingkah laku serta daya pikir yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Untuk itu berbagai upaya harus dilakukan oleh guru sebagai mediator dan juga sebagai fasilitator  untuk memotivasi siswa agar lebih kreatif dalam belajar
Guru sangat berperan dalam mengembangkan kreativitas siswa, dimana siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat menggali pemikiran dan menemukan sesuatu yang lebih dari apa yang disampaikan oleh guru. Motivasi positif  yang dapat mnegarahkan siswa dalam pengembangan pemikiran ke arah yang lebih maju sangat diharapkan yang pada akhirnya akan terlihat kreativitas siswa yang sebenarnya.