Pemahaman
berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman
merupakan proses perbuatan cara memahami (Em Zul, Fajri & Ratu
Aprilia Senja, 2008 : 607-608)
Pemahaman
berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian; pengetahuan yang banyak,
(2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu
benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat imbuhan me- i
menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar (akan); mengetahui benar, (2)
memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman, artinya (1)
proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik
supaya paham) (Depdikbud, 1994: 74). Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman
adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham dan
pengetahuan banyak.
Menurut
Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata,
melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain.
Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis (sumber
pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman
yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan
dirinya dalam orang lain.
Pemahaman
(comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses
belajar mengajar. Menurut Bloom “Here we are using the tern “comprehension“
to include those objectives, behaviors, or responses which represent an
understanding of the literal message contained in a communication.“ Artinya
: Disini menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau
tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu
komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang
diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan
isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain. (Bloom Benyamin,
1975: 89).
Pemahaman
mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari
(W.S. Winkel, 1996: 245). W.S Winkel mengambil dari taksonmi Bloom, yaitu suatu
taksonomi yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan instruksional.
Bloom membagi kedalam 3 kategori, yaitu termasuk salah satu bagian dari aspek
kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut terdapat aspek pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam aspek di bidang
kognitif ini merupakan hirarki kesukaran tingkat berpikir dari yang rendah
sampai yang tertinggi.
Hasil
belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe
belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992: 24) menyatakan bahwa pemahaman dapat
dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu : (1) tingkat terendah adalah pemahaman
terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan
dan menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran
yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya
atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang
pokok dengan yang tidak pokok dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat
pemaknaan ektrapolasi.
Memiliki
pemahaman tingkat ektrapolasi berarti seseorang mampu melihat dibalik yang
tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian dan
kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemempuan membuat
kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya.
Sejalan
dengan pendapat diatas, (Suke Silversius, 1991: 43-44) menyatakan bahwa
pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu : (1) menerjemahkan (translation),
pengertian menerjemahkan disini bukan saja pengalihan (translation), arti
dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain, dapat juga dari konsepsi
abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang
mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan dengan kata –kata kedalam
gambar grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan, (2)
menginterprestasi (interpretation), kemampuan ini lebih luas daripada
menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu
komunikasi, (3) mengektrapolasi (Extrapolation), agak lain dari
menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut
kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
Menurut
Suharsimi Arikunto (1995: 115) pemahaman (comprehension) siswa diminta
untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara
fakta-fakta atau konsep. Menurut Nana Sudjana (1992: 24) pemahaman dapat
dibedakan dalam tiga kategori antara lain : (1) tingkat terendah adalah
pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya,
mengartikan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran,
yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya,
atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan
pokok, dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman
ektrapolasi.
Sumber: http://ian43.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar