TERMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA KEBLOG SAYA TOLONG SARANYA ATAS BOLG INI

Senin, 09 April 2012

PENGETIAN PENILAIAN BERBASIS KELAS PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA


Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh perencanaan, proses dan evaluasi. Ketiga hal ini harus dipersiapkan secara matang agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Artinya, semua KD dapat disampaikan secara tepat sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Evaluasi pembelajaran menjadi bagian yang tak terpisahkan pada proses belajar mengajar (PBM). Dalam konteks KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) evaluasi berfungsi;  (1) untuk menilai keberhasilan siswa dalam pencapaian kompetensi, (2) sebagai umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 183:2005)
Menurut Guba dan Lincoln dalam (Wina Sanjaya, 181:2005), menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan (evaluand). Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu.
Karakteristik evaluasi sesuai konsep di atas mengandung pengertian  bahwa evaluasi merupakan suatu proses dan berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Sebagai suatu proses, pelaksanaan evaluasi seharusnya berupa tindakan yang harus dilakukan. Dengan demikian, evaluasi bukan sekadar produk atau hasil, melainkan rangkaian kegiatan. Sebagai pemberian nilai atau arti, evaluasi harus menunjukkan kualitas yang dinilai.
Evaluasi berbeda dengan pengukuran. Pengukuran (measurement) pada umumnya berkenaan dengan masalah kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang diukur. Oleh karena itu, dalam proses pengukuran diperlukan alat bantu tertentu. Untuk mengukur berat badan diperlukan timbangan, untuk mengukur IQ, digunakan tes IQ.
Evalusi pembelajaran yang berpihak pada pengembangan keterampilan berbahasa dan bersastra adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas adalah proses penilaian yang dilakukan secara terus-menerus. Penilaian dilakukan pada saat siswa melaksanakan proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas, seperti di laboratorium atau lapangan. Dengan demikian kegiatan evaluasi bukan merupakan kegiatan yang terpisah dari proses pembelajaran.
Penilaian berbasis kelas  harus mengembangkan berbagai jenis evaluasi, baik evaluasi yang berkaitan dengan pengujian dan pengukuran tingkat kognitif menggunakan tes, maupun evaluasi terhadap perkembangan mental melalui penilaian tentang sikap, produk atau karya.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri (Depdiknas, 4:2006).
Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, psikomotor dan afektif.
Pada Standar Kompetensi bahasa dan sastra Indonesia SD terdapat beberapa rumusan materi yang pembelajarannya harus dilakukan di luar kelas. Pada Kompetensi Kompetensi Dasar (KD) 2.1 kelas V “Berwawancara sederhana dengan narasumber  (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa” atau  Kompetensi Dasar (KD) 1.1 Menanggapi penjelasan narasumber  (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhatikan santun berbahasa.
Pembelajaran pada KD 2.1 dan KD 1.1 kelas V SD tidak harus dilaksanakan di dalam kelas. Oleh karena itu penilaian yang dilakukan harus mempertimbangkan semua aspek penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil akhir atau produk yang dihasilkan siswa saja. Keterlibatan dan keaktifan siswa harus dipertimbangkan selain sebuah produk sebagai hasil akhir.
Wina Sanjaya (2005:185) mengatakan, sebagai suatu proses, pelaksanaan penilaian berbasis kelas harus terencana dan terarah sesuai dengan tujuan pencapaian kompetensi. Penilaian berbasis kelas menganut prinsip-prinsip; a) motivasi, b) validitas, c) adil, d) terbuka, e) berkesinambungan, f) menyeluruh, g) bermakna dan h) edukatif.
Penilaian berbasis kelas diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa melalui upaya pemahaman akan kekuatan dan kelemahan guru maupun siswa. Penilaian tidak semata-mata memberikan angka sebagai hasil proses pengukuran tetapi memberikan arti akan nilai yang dicapai siswa. Pada tahap refleksi, guru dapat memotivasi siswa untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.
Penilaian bukan semata-mata untuk memenuhi syarat administratif belaka, tetapi diarahkan untu memperoleh ketercapaian kompetensi seperti yang dirumuskan pada SK dan KD. Penilaian tidak boleh menyimpang dari kompetensi yang ingin dicapai. Dengan kata lain, penilaian harus menjamin validitas. Dengan demikian, setiap kompetensi menuntut jenis atau alat penilaian yang berbeda.
Alat penilaian aspek berbicara, berbeda dengan aspek menulis. Demikian pula aspek membaca dan mendengarkan, tentunya juga diperlukan alat penilaian yang tidak sama. Ada materi-materi yang harus dinilai dengan bentuk tes, ada pula yang harus dilakukan dengan non-tes. Pada kompetensi berbicara, alat penilaian bentuk tes pilihan ganda tentu saja tidak tepat. Teknik penilaian unjuk kerja tepat untuk menilai kompetensi berbicara siswa, tetapi tidak tepat untuk menilai kompetensi menulis atau mendengarkan.
Setiap siswa mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam proses pembelajaran, tanpa memandang latar belakang siswa. Setiap siswa berhak untuk dievaluasi. Penilaian bebasis kelas menempatkan siswa pada posisi kesejajaran. Artinya, setiap siswa berhak memperoleh perlakuan yang sama. Penilaian berbasis kelas memungkinkan siswa berkembang secara individual. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun alat penilaian untuk semua siswa dengan segala karakteristiknya.
Alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dapat dipahami secara baik oleh penilai maupun objek yang dinilai. Siswa perlu diberitahu prosedur penilaian yang akan dilakukan beserta kriteria penilaiannya. Keterbukaan ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk memperoleh hasil yang baik sehingga memotivasi cara belajar mereka. Keterbukaan juga memungkinkan siswa memahami posisi mereka dalam pencapaian kompetensi. Dengan prinsip keterbukaan, siswa mengetahui kelemahan dirinya, kemudian berusaha menutup kelemahan tersebut dengan belajar lebih giat lagi.
Penilaian kelas sebagai bagian integral proses pembelajaran. Artinya, penilaian harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Penilaian berbasis kelas tidak terbatas pada ruang dan waktu. Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi perkembangan dan kemajuan siswa dalam pencapaian kompetensi. Oleh karena itu, jika siswa belum mencapai kompetensi tertentu, guru harus mengulang hingga siswa menguasai kompetensi tersebut. Program perbaikan dan pengayaan adalah salah satu cara penilaian berkesinambungan.
Penilaian berbasis kelas harus tersusun dan terarah, sehingga hasilnya memberikan makna kepada semua pihak, khususnya siswa. Dengan penilaian berbasis kelas, siswa mengetahui kemampuan dan kekurangan dalam pencapaian kompetensi. Dengan demikian, guru atau orang tua dapat memberikan bimbingan sesuai kebutuhan siswa dalam upaya mencapai kompetensi.
Penilaian bebasis kompetensi diarahkan untuk perkembangan siswa secara menyeluruh, baik perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor. Oleh karena itu, guru harus menggunakan berbagai ragam penilaian, misalnya tes, penilaian produk, penilaian proyek, skala sikap, penampilan (performance) dan lainnya.
Hasil penilaian berbasis kelas tidak hanya diarahkan untuk memperoleh gambaran kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi melalui angka yang diperoleh, tetapi hasil penilaian harus memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses agar pembelajaran berjalan secara optimal. Oleh karena itu, proses penilaian tidak semata-mata tanggung jawab guru. Siswa juga dilibatkan pada proses penilaian karena penilaian adalah bagian dari proses  pembelajaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar