Keberhasilan
suatu pembelajaran ditentukan oleh perencanaan, proses dan evaluasi. Ketiga hal
ini harus dipersiapkan secara matang agar terjadi proses pembelajaran yang
efektif dan efisien. Artinya, semua KD dapat disampaikan secara tepat sesuai
dengan tuntutan kurikulum.
Evaluasi
pembelajaran menjadi bagian yang tak terpisahkan pada proses belajar mengajar
(PBM). Dalam konteks KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) evaluasi
berfungsi; (1) untuk menilai keberhasilan siswa dalam pencapaian
kompetensi, (2) sebagai umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran (Wina
Sanjaya, 183:2005)
Menurut
Guba dan Lincoln dalam (Wina Sanjaya, 181:2005), menyatakan bahwa
evaluasi merupakan proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti
sesuatu yang dipertimbangkan (evaluand). Sesuatu yang dipertimbangkan
itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan
tertentu.
Karakteristik
evaluasi sesuai konsep di atas mengandung pengertian bahwa evaluasi
merupakan suatu proses dan berhubungan dengan pemberian nilai atau arti.
Sebagai suatu proses, pelaksanaan evaluasi seharusnya berupa tindakan yang
harus dilakukan. Dengan demikian, evaluasi bukan sekadar produk atau hasil,
melainkan rangkaian kegiatan. Sebagai pemberian nilai atau arti, evaluasi harus
menunjukkan kualitas yang dinilai.
Evaluasi
berbeda dengan pengukuran. Pengukuran (measurement) pada umumnya
berkenaan dengan masalah kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang diukur.
Oleh karena itu, dalam proses pengukuran diperlukan alat bantu tertentu. Untuk
mengukur berat badan diperlukan timbangan, untuk mengukur IQ, digunakan tes IQ.
Evalusi
pembelajaran yang berpihak pada pengembangan keterampilan berbahasa dan
bersastra adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas
adalah proses penilaian yang dilakukan secara terus-menerus. Penilaian
dilakukan pada saat siswa melaksanakan proses pembelajaran baik di dalam maupun
di luar kelas, seperti di laboratorium atau lapangan. Dengan demikian kegiatan
evaluasi bukan merupakan kegiatan yang terpisah dari proses pembelajaran.
Penilaian
berbasis kelas harus mengembangkan berbagai jenis evaluasi, baik evaluasi
yang berkaitan dengan pengujian dan pengukuran tingkat kognitif menggunakan
tes, maupun evaluasi terhadap perkembangan mental melalui penilaian tentang
sikap, produk atau karya.
Penilaian
kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah
bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas
dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance),
penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian
proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta
didik (portfolio), dan penilaian diri (Depdiknas, 4:2006).
Teknik
penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator,
standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak
menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik
penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, psikomotor dan afektif.
Pada
Standar Kompetensi bahasa dan sastra Indonesia SD terdapat beberapa rumusan
materi yang pembelajarannya harus dilakukan di luar kelas. Pada Kompetensi
Kompetensi Dasar (KD) 2.1 kelas V “Berwawancara sederhana dengan
narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan
memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa” atau Kompetensi Dasar
(KD) 1.1 Menanggapi penjelasan narasumber (petani, pedagang, nelayan,
karyawan, dll.) dengan memperhatikan santun berbahasa.
Pembelajaran
pada KD 2.1 dan KD 1.1 kelas V SD tidak harus dilaksanakan di dalam kelas. Oleh
karena itu penilaian yang dilakukan harus mempertimbangkan semua aspek
penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil akhir atau produk yang dihasilkan
siswa saja. Keterlibatan dan keaktifan siswa harus dipertimbangkan selain
sebuah produk sebagai hasil akhir.
Wina
Sanjaya (2005:185) mengatakan, sebagai
suatu proses, pelaksanaan penilaian berbasis kelas harus terencana dan terarah
sesuai dengan tujuan pencapaian kompetensi. Penilaian berbasis kelas menganut
prinsip-prinsip; a) motivasi, b) validitas, c) adil, d) terbuka, e)
berkesinambungan, f) menyeluruh, g) bermakna dan h) edukatif.
Penilaian
berbasis kelas diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa melalui
upaya pemahaman akan kekuatan dan kelemahan guru maupun siswa. Penilaian tidak
semata-mata memberikan angka sebagai hasil proses pengukuran tetapi memberikan
arti akan nilai yang dicapai siswa. Pada tahap refleksi, guru dapat memotivasi
siswa untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.
Penilaian
bukan semata-mata untuk memenuhi syarat administratif belaka, tetapi diarahkan
untu memperoleh ketercapaian kompetensi seperti yang dirumuskan pada SK dan KD.
Penilaian tidak boleh menyimpang dari kompetensi yang ingin dicapai. Dengan
kata lain, penilaian harus menjamin validitas. Dengan demikian, setiap
kompetensi menuntut jenis atau alat penilaian yang berbeda.
Alat
penilaian aspek berbicara, berbeda dengan aspek menulis. Demikian pula aspek
membaca dan mendengarkan, tentunya juga diperlukan alat penilaian yang tidak
sama. Ada materi-materi yang harus dinilai dengan bentuk tes, ada pula yang
harus dilakukan dengan non-tes. Pada kompetensi berbicara, alat penilaian
bentuk tes pilihan ganda tentu saja tidak tepat. Teknik penilaian unjuk kerja
tepat untuk menilai kompetensi berbicara siswa, tetapi tidak tepat untuk
menilai kompetensi menulis atau mendengarkan.
Setiap
siswa mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam proses pembelajaran, tanpa
memandang latar belakang siswa. Setiap siswa berhak untuk dievaluasi. Penilaian
bebasis kelas menempatkan siswa pada posisi kesejajaran. Artinya, setiap siswa
berhak memperoleh perlakuan yang sama. Penilaian berbasis kelas memungkinkan
siswa berkembang secara individual. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun
alat penilaian untuk semua siswa dengan segala karakteristiknya.
Alat
penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dapat dipahami secara baik oleh
penilai maupun objek yang dinilai. Siswa perlu diberitahu prosedur penilaian
yang akan dilakukan beserta kriteria penilaiannya. Keterbukaan ini diharapkan
dapat mendorong siswa untuk memperoleh hasil yang baik sehingga memotivasi cara
belajar mereka. Keterbukaan juga memungkinkan siswa memahami posisi mereka
dalam pencapaian kompetensi. Dengan prinsip keterbukaan, siswa mengetahui
kelemahan dirinya, kemudian berusaha menutup kelemahan tersebut dengan belajar
lebih giat lagi.
Penilaian
kelas sebagai bagian integral proses pembelajaran. Artinya, penilaian harus
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Penilaian berbasis kelas
tidak terbatas pada ruang dan waktu. Penilaian dilakukan untuk memperoleh
informasi perkembangan dan kemajuan siswa dalam pencapaian kompetensi. Oleh
karena itu, jika siswa belum mencapai kompetensi tertentu, guru harus mengulang
hingga siswa menguasai kompetensi tersebut. Program perbaikan dan pengayaan
adalah salah satu cara penilaian berkesinambungan.
Penilaian
berbasis kelas harus tersusun dan terarah, sehingga hasilnya memberikan makna
kepada semua pihak, khususnya siswa. Dengan penilaian berbasis kelas, siswa
mengetahui kemampuan dan kekurangan dalam pencapaian kompetensi. Dengan demikian,
guru atau orang tua dapat memberikan bimbingan sesuai kebutuhan siswa dalam
upaya mencapai kompetensi.
Penilaian
bebasis kompetensi diarahkan untuk perkembangan siswa secara menyeluruh, baik
perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor. Oleh karena itu, guru harus
menggunakan berbagai ragam penilaian, misalnya tes, penilaian produk, penilaian
proyek, skala sikap, penampilan (performance) dan lainnya.
Hasil penilaian berbasis kelas tidak hanya
diarahkan untuk memperoleh gambaran kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi
melalui angka yang diperoleh, tetapi hasil penilaian harus memberikan umpan
balik untuk memperbaiki proses agar pembelajaran berjalan secara optimal. Oleh
karena itu, proses penilaian tidak semata-mata tanggung jawab guru. Siswa juga dilibatkan
pada proses penilaian karena penilaian adalah bagian dari proses
pembelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar