Dalam
pembelajaran matematika diperlukan sebuah strategi yang tepat dalam
menyampaikan materi/pokok bahasan yang diajarkan. Hal ini sangat berpengaruh
dalam proses belajar mengajar matematika. Dengan demikian sebelum membahas strategi
pembelajaran berikut kita uraikan definisi belajar dan mengajar matematika.
a.Belajar Matematika
Definisi
belajar sebenarnya sangat banyak, sebanyak orang yang mendefinisikannya karena
masing-masing orang memaknai belajar dari perspektif yang berbeda. Sehingga
dalam hal ini beberapa tokoh berpendapat bahwa pengertian belajar adalah :
a. Dr. Oemar Hamalik berpendapat bahwa Belajar
adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is difined as the modification or
strengthening of behavior through experiencing).[1]
b. Prof. Herman
Hudoyo mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang berlaku
dalam waktu relatif lama dan itu di sertai usaha orang tersebut[2].
Dari beberapa
gambaran definisi di atas penulis memahami bahwa belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Berdasarkan
pengertian belajar diatas, maka pada hakikatnya belajar menunjuk ke perubahan
dalam tingkah laku subyek dalam situasi
tertentu berkat pengalammanya yang berulang-ulang, dan perubahan tingkah laku
tersebut tak dapat dijelasakan atas dasar kecenderungan-kecenderungan respon
bawaan, kematangan atau keadaan temporer (Hilgard
dan Gordon, 1975).[3]
Selain itu ada
beberapa hal unsur-unsur dinamis dalam belajar diantaranya yaitu dinamika siswa
dalam belajar. Dalam siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap
lingkungannya. Ada beberapa yang mempelajari ranah-ranah kejiwaan tersebut,
diantaranya yaitu :
1.
Ranah Kognitif (Bloom, 1956) terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut [4]:
a.
Pengetahuan, mencapai
kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajarai dan tersimpan dalam
ingatan.
b.
Pemahaman, mencakup
kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c.
Penerapan, mencakup
kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan
baru.
d.
Analisis, mencakup
kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur
keseluruhan dapat dipahami.
e.
Sintesis, mencakup
kemampuan membentuk suatu pola baru.
f.
Evaluasi, mencakup
kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria
tertentu.
2.
Ranah Afektif (Karthwohl, 1964) terdiri dari lima jenis perilaku sebagai berikut [5]:
a. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal
tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.
b.Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c. Penilaian, yang mencakup menerima suatu nilai,
menghargai, mengakui dan menentukan sikap.
d.Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan hidup.
e. Pembentukan pola hidup, yang mencakup
kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan
pribadi.
3.
Ranah Psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis perilaku sebagai berikut [6]:
a.
Persepsi, yang mencakup
kemampuan memilah–milahkan (mendeskriminasikan)
hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan khas tersebut.
b.
Kesiapan, yang mencakup
kemampuan menempatkan diri dalam keaadan dimana akan terjadi suatu gerakan atau
rangkaian gerakan.
c.
Gerakan
terbimbing, mencakup
kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.
d.
Gerakan yang
terbiasa, mencakup
kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.
e.
Gerakan
kompleks, mencakup
kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap,
secara lancar dan efisien.
f.
Penyesuaian
pola gerakan, yang mencakup
kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan
persyaratan khusus yang berlaku.
g.
Kreativitas, mencakup
kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri.
Jadi yang
dimaksud dengan belajar matematika adalah belajar untuk memahami dan memecahkan
masalah yang berkaitan konsep, prinsip, dan fakta matematika dalam kehidupan
sehari-hari.
b.
Mengajar
Matematika
Mengajar pada prinsipnya adalah
membimbing siswa dalam kegiatan belajar Adapun pengertian mengajar juga banyak
ahli yang memberi pemaknaan berbeda namun pada hakekatnya sama.
Dr. Moh Uzer Usman berpendapat bahwa
mengajar merupakan usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. [7]
Sementara itu menurut Herman Hudoyo,
mengajar adalah proses interaksi antara guru dan siswa di mana guru
mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
benar-benar dipilih oleh guru.[8]
Dari pengertian diatas mengandung
makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator dalam kegiatan
belajar siswa dan juga hendaknya guru mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang
ada di kelas maupun yang ada diluar kelas, dan yang menunjang kegiatan
belajar-mengajar.
Jadi Mengajar matematika diartikan
sebagai upaya memberikan rangsangan bimbingan, pengarahan tentang pelajaran
matematika kepada siswa agar terjadi
proses belajar yang baik. Sehingga dalam mengajar matematika dapat berjalan
dengan lancar, seorang guru diharapkan dapat memahami tentang makna mengajar
tersebut, karena mengajar matematika tidak hanya menyampaikan pelajaran
matematika melainkan mengandung makna yang lebih luas yaitu terjadinya
interaksi manusiawi dengan berbagai aspek yang mencakup segala hal dalam
pelajaran matematika.
c.
Proses
Belajar Mengajar Matematika
Keterpaduan antara konsep belajar
dan konsep mengajar melahirkan konsep baru yakni proses belajar mengajar atau
dikenal dengan istilah proses pembelajaran. Menurut Moh. Uzer Usman Proses
belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.[9]
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah serangkaian kegiatan guru
mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak
lanjut yang berlangsung dalam sutiasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu
yaitu pengajaran.
[1] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta
: Bumi Aksara, 2003), hal 36
[3] Oemar Hamalik, Kurikulum ……., hal. 48
[4] Dimjati, Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta
: Rineka Cipta, 2002) hal 26
[5] Ibid, hal. 27
[6] Ibid, hal. 27
[7] Moh, Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung :
Remaja Rosda Karya, 2004) hal.6
[8] Herman Hudoyo, Pengembangan Kurikulum ....... hal.107
[9]Moh. Uzer Usman,Menjadi Guru .......hal. 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar